Berjarak 225 kilometer dari Kota Banda Aceh, Gampong Paya Aboe Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen, masih tetap mempertahankan tradisi lama. Sebuah usaha kerajinan tangan yang telah mengakar sejak tahun 60an.

Adalah raga atau dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai keranjang. Usaha kerajinan ini memang terasa dekat dengan masyarakat Paya Aboe. Tidak mengherankan jika kelihaian dalam menyulam rotan juga dimiliki olah kaum pria. Fazil salah satunya. Ia tak menampik jika untuk membuat satu raga memang membutuhkan ketrampilan dan kesabaran ekstra. Namun karena kegiatan ini telah ia lakoni sejak duduk di bangku Sma, maka tangannya amat begitu lihai menganyam rotan demi rotan.

Namun sayang, bahan baku rotan tidak lagi mudah ditemukan. Berbeda dengan dulu, kini rotan terpaksa didatangkan dari luar kabupaten Bireuen.

Raga dari Paya Aboe kini telah mampu menembus pasar di luar Kabupaten Bireuen, Aceh. Setiap pasang raga dihargai 400 ribu rupiah.  Agar harga tetap stabil, pihak gampong berencana akan membangun sebuah gudang penyimpan yang bersumber dari dana desa.

Bila raga dianyam dari rotan dengan erat lagi kuat, begitu pula semangat warga paya abo dalam menjaga usaha yang telah menurun dari lama. Sebuah budaya arif lokal yang dijaga dari generasi ke generasi berikutnya .